Hidup adalah
pilihan. Banyak orang bilang menjadi tua itu pasti tapi menjadi dewasa adalah
pilihan. Saya setuju sekali dengan ungkapan ini.
Oleh karena itu,
saya memilih untuk menjadi setengah gelas isi saja ketimbang menjadi setengah gelas
yang kosong.
Situasi dan kondisi
yang kita hadapi akan menjadi sulit jika kita memilihnya untuk menjadi sulit.
Akan tetapi, situasi dan kondisi itu akan menjadi mudah dan gampang ketika kita
memilihnya untuk menjadi mudah untuk dilalui.
Life is like a roller coaster. Yups! Itulah yang terjadi dalam kehidupan ini. Senjata pertama untuk menghadapi situasi yang tak menyenangkan hati adalah
tersenyum. Tersenyum dengan tulus. Bukan senyum yang dibuat-buat.
Meski hati tak
nyaman dan sedih, dengan tersenyum saya mampu menghadapinya. Saya memilih untuk
tetap berjuang, berusaha sambil berdoa. Senyum memberikan bergalon-galon energi
positif untuk fisik dan pikiran saya.
Tarik nafas panjang…
lalu buang, tarik nafas, buang, tarik nafas, buang.. hhhhhh……. Legaaa.. lalu,
senyuuum. Alhamdulillah.
Saya bersyukur
diberikan kesadaran untuk melihat dan mengalami perubahan tingkatan emosi. Artinya saya hidup! Hihihi..
Titik klimaks telah saya lewati hari itu. Tuhan masih sayang sama saya.
Buktinya, saya hanya diberikan waktu sebentar untuk melewati masa emosi yang memuncak itu.
Setelahnya, saya
menerima dan melepaskan segala energi negatif yang 2 hari kemarin sangat
mengukung hati dan pikiran.
Benar-benar habis waktu, pikiran dan tenaga yang
terbuang hanya untuk meluapkan kekesalan pada ketidakjelasan.
Sekali lagi, Tuhan
masih sayang sama saya. Cukup dua hari saya berada di lingkaran energi negatif
yang begitu besar. Saya butuh sesuatu untuk segera melepaskannya.
Menulis status yang
misterius, mengirim sms kepada Om yang ‘mungkin’ bisa diajak sharing di
sela-sela kesibukannya, ngobrol dengan suami, sharing dengan sahabat di kantor
dan di luar kantor, pokoknya segala cara yang menurut saya masih wajar akhirnya
saya lakukan.
Sampai akhirnya, Om
yang saya selalu khawatirkan tak merespon karena kesibukannya di kantor
sehari-hari membalas sms saya. Thank God!
“Halo.. apa kabar? Kamu
sudah pindah kerja di mana lagi?” Whahahahahahahaha..
bunyi sms itu membuat saya tertawa sekaligus malu.
Sebab, si om mungkin sudah
menduga, jika saya tiba-tiba menghubunginya, maka dia akan menerima kabar saya
sudah pindah kerja di tempat yang baru. Hihihi.. Jadi malu nih.
Saya balas sms-nya
dengan jawaban yang agak bercanda dan langsung tembak, “Aaah, Om bisa saja.
Kabar baik juga. Saya belum pindah kerja di mana-mana lagi. Masih di tempat
yang dulu. Hm, kapan nih, Om ada waktu buat keponakan tersayang untuk sharing
lagi?”
Selang beberapa
menit, dia membalas lagi sms saya.
“Kita atur. Baru nyampe rumah.” Singkat,
padat, dan jelas. Tipikal si Om yang memang orang nomor satu di HR Department
sebuah perusahaan ternama di Indonesia. Saya langsung mengerti.
Tiba-tiba
sebuat sms dari si Om ini masuk lagi di smartphone saya.
“Sambil nunggu
konfirmasi waktu, intip blog saya di http://www.josefbataona.com atau twitter @josefbataona.”
Wooow… nggak sangka.
Sekarang si Om jadi gaul nih. Punya account twitter segala, lho! Hihihi.. saya
segera balas sms-nya, “Siaap. Sudah dilakukan. Tolong difolback ya, Om.”
Ck, ck, hebat omku
yang satu ini. Meski usianya sudah tidak terbilang muda lagi, beliau tetap
mengikuti perkembangan teknologi dan tetap ingin bersosialisasi dengan semua
kerabat, sahabat, dan networkingnya. Salut.
Gara-gara blog itulah, saya menjadi sepenuhnya sadar bahwa kemarin saya memilih untuk menjadi gelas setengah kosong.
Rasanya? Nggak nyaman, sedih, menyesakkan hati, dan nggak karu-karuan. Meski kecewa dan sedih, saya mulai berpositif thinking. Terima kasih, Om.
Sekarang, saya adalah setengah
gelas yang isi, bukan setengah gelas yang kosong!
si balonbundar
No comments:
Post a Comment